BIG JAMUR

Kami melayani partai besar maupun kecil untuk pemesanan jamur kuping kering dan basah

Jamur Kuping Basah

Jamur Kuping Basah sewaktu baru dipanen terlihat segar dan berwarna coklat terang, menandakan jamur tersebut sehat

Jamur Kering

Jamur kering setelah diproses dengan cara alami, jamur menjadi berwarna hitam

Proses Pengeringan

Proses Pengeringan sendiri dilakukan dengan cara menjemurnya dengan matahari langsung agar maksimal

Bakso Jamur

Salah Satu olahan jamur kuping, jamur digantikan bahan daging menjadi jamur, dengan rasa yang lebih segar dan lebih bernutrisi

Jumat, 11 Oktober 2013

PERAWATAN MISELIUM DAN TUBUH BUAH JAMUR KUPING

Bibit jamur (miselium) dari hasil pembibitan tahap keempat yang diperoleh dari pembelian atau produksi sendiri dapat dimasukkan ke dalam rumah jamur yang semua perlengkapannya telah disiapkan. Letakkan polibag bibit jamur tersebut pada lantai inkubasi yang telah disiapkan, yaitu lantai yang tidak di pasangi unit rak. Posisi peletakan polybag tersebut harus vertikal dengan cara meletakkan bagian polibag yang tidak ada kapas penyumbatnya berada di posisi bawah, sedangkan bagian polibag yang ada kapas penyumbatnya berada di atas.

Bibit jamur yang telah disiapkan dibiarkan berada pada lantai inkubasi selama 1,5 bulan atau hingga miselium tumbuh sempurna. Jika masa inkubasi ini berjalan normal, maka dalam kurun waktu 1,5 bulan miselium jamur akan menutupi paling tidak 70% parmukaan dan pori-pori media tumbuh. Miselium jamur yang sudah menutupi 70% permukaan media tersebut segera dipindahkan pada unit rak tempat budidaya. Letakkan polybag atau baglog jamur tersebut dalam posisi miring dimana sisi baglog yang ada kapas penutupnya barada pada posisi luar menghadap ke arah jalan antar unit rak, sedangkan sisi bawah baglog atau sisi yang rapat berada dalam posisi saling bersinggungan satu sama lain. Penyusunan dibuat dua lapis pada setiap lapis rak. Baglog yang selama masa inkubasi tidak tumbuh miselium jamurnya segera dibuang, dikeluarkan dari kumbung, agar tidak mencemari baglog yang tumbuh baik. Monitoring pada baglog atau polybag jamur yang telah diletakkan pada unit rak harus dilakukan dengan rutin. Jika menjumpai miselium dalam baglog tidak tumbuh baik, maka baglog tersebut harus segera disingkirkan dari dalam kumbung. Tempat kosong bekas polybag yang telah dibuang bisa diisi dengan polybag atau baglog lain atau jika cadangan baglog sudah tidak ada maka bisa dibiarkan dalam posisi kosong. Penumbuhan tubuh jamur kuping dilakukan saat 75% permukaan media tumbuh telah tertutup oleh miselium jamur kuping. Penumbuhan dilakukan dengan cara merobek plastik baglog pada bagian lengkung yang berada di dekat ujung baglog. Tipe sobekan bisa berbentuk segiempat yang berukuran 1x1 cm atau berbentuk huruf L. Jika robekan berbentuk huruf L, maka sudut siku-siku yang terbuka menghadap ke arah ujung baglog. Namun, untuk memudahkan calon tubuh buah jamur (pin head) keluar, sebaiknya robekan berbentuk segiempat. Calon tubuh buah jamur atau pin head akan keluar pada umur 15 hari setelah perobekan baglog. Setelah calon tubuh buah jamur tersebut berumur 15 hari, maka perobekan kedua bisa dilakukan. Perobekan kedua dilakukan pada tempat yang berseberangan dengan perobekan pertama sehingga terjadi pemerataan pemanfaatan nutrisi dalam media tumbuh sekaligus untuk memudahkan pemanenan. Kegiatan utama selama masa pemeliharaan tubuh buah jamur kuping ini adalah menciptakan dan menjaga agar kondisi lingkungan sesuai dengan syarat tumbuh jamur kuping. Manipulasi kondisi lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan pengontrolan kelembaban dan sirkulasi udara, serta menjaga kebersihan lingkungan kumbung untuk menghindari serangan hama maupun penyakit yang dapat merugikan kegiatan budiday jamur kuping. Jika kondisi udah terlalu tinggi atau kelembaban terlalu rendah, maka harus dilakukan penyiraman dengan menggunakan tangki sprayer. Jika suhu udara dan kelembaban stabil, maka penyiraman dapat dilakukan setelah tubuh buah jamur yang tumbuh pada robekan pertama berumur 15 hari atau setelah melakukan perobekan kedua. Pada kumbung atau rumah jamur permanen, penyemprotan dilakukan dengan alat semprot otomatis atau presage chamber, sehingga tekanan dan kabut sempror yang dihasilkan bisa lebih lembut dan merata. Penyiraman merupakan kegiatan penting dalam budidaya jamur kuping ini. Penyiraman bertujuan untuk menciptakan atau mengatur agar suhu udara dan kelembaban bisa stabil sesuai dengan kondisi ideal untuk pertumbuhan jamur. Penyiraman pertama dilakukan hingga tubuh buah jamur kupin tampak basah dan meneteskan air. Sedangkan penyiraman berikutnya dilakukan sesuai dengan kondisi suhu dan kelembaban udara. Jika kelembaban terlalu kering atau rendah dan suhu udara terlalu panas maka penyiraman dapat dilakukan 3-4 kali sehari. Apalagi jika kondisi udara yang demikian dibarengi dengan tiupan angin yang kencang, maka penyiraman dapat dilakukan sebanyak 5 kali dalam sehari. Jika kondisi udara sangat tenang atau tidak ada angin, sirkulasi udara dalam kumbung terhambat, dan tidak ada hujan, maka tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga lingkungan dalam kumbung agar tetap sesuai dengan syarat tumbuh jamur adalah dengan membuka lubang ventilasi khusu pada lapisan dinding bagian bawah. Selain menjaga kelembaban, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersiahan kumbung. Harus diingat agar setiap kali selesai melakukan panen, maka lantai dasar kumbung harus ditaburi dengan kapur pertanian. Hal ini dilakukan untuk mencegah serangan hama pengganggu dan penyakit yang akan menyerang, dengan demikian lingkungan kumbung akan tetap terjaga kesehatannya.

PEMBUATAN RUMAH JAMUR

Pembuatan rumah jamur atau kumbung dapat dilakukan dengan sederhana sehingga biaya pembuatannya juga lebih murah. Kerangka kumbung dapat dibuat dari kayu atau bambu, sedangkan atap kumbung dari anyaman bambu, jerami padi, atau rumbia. Ukuran kumbung disesuaikan dengan luas dan bentuk lahan. Tiang dibuat dari bambu atau kayu yang sudah tua agar lebih awet dan tahan lama. Sementara itu, atap kumbung dibuat melengkung seperti atap pada gerbong kereta api. Jika menggunakan bahan-bahan di atas, maka bahan tersebut perlu ditata sedemikian rupa untuk menghindari kebocoran saat musim hujan. Bila perlu, bagian bawah atap tersebut diberi alas dari plastik. Atap dan dinding rumah jamur ditutup rapat dan dibuat kokoh. Dinding dibuat dua lapis, pada lapisan bawah, kurang lebih setinggi satu meter, dibuat dari anyaman bambu dan dilapisi plastik bening atau transparan. Sedangkan pada lapisan atas dinding dibuat dari anyaman bambu tanpa dilapisi plastik bening. Jika kelembaban dalam ruangan terlalu rendah dan suhu tinggi, maka seluruh lapisan dinding ditutup atau dilapisi dengan plastik transparan. Bagian atas dinding kumbung perlu dibuatkan ventilasi selebar 40 cm dan panjang meyesuaikan dinding kumbung, yang digunakan sebagai tempat keluar masuk udara. Sementara itu, pada lapisan dinding bagian bawah perlu dibuatkan lubang ventilasi khusus, seperti jendela, yang dapat dibuka dan ditutup kembali. Untuk mencegah masuknya binatang liar, maka ventilasi udara tersebut harus ditutup degan kasa. Rumah jamur atau kumbung dibuat dengan sekurang-kurangnya satu pintu utama yang digunakan sebagai tempat keluar masuk kumbung. Kumbung dilengkapi dengan rak-rak atau pera-para yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan baglog. Para-para tersebut dibuat secara berjajar dan berlapis. Ukuran rak disesuaikan dengan ukuran polibag tempat bibit jamur yang akan dibudidayakan. Biasanya, rak dibuat dengan lebar 20 cm dan tinggi lapisan rak 30 cm. Dalam ruangan kumbung tersebut terdapat beberapa unit rak yang terpisah oleh jalan. Jarak antar unit rak kurang lebih satu meter untuk memudahkan pemeliharaan. Pada setiap unit rak, lapisan rak paling bawah dibuat dengan jarak 30 cm di atas permukaan tanah atau lantai dasar. Pengaturan jarak ini dibuat dengan tujuan untuk memperlancar sirkulasi udara bagaian bawah dan mengantisipasi agar tubuh buah jamur yang telah tumbuh tidak terkontaminasi oleh kotoran pada lantai. Selain itu, ruangan dalam kumbung juga tidak sepenuhnya digunakan untuk penyusunan unit rak. Paling tidak 20% dari luas ruangan digunakan sebagai tempat inkubasi. Rumah jamur sederhana tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu dua tahun, kurang lebih sekitar empat kali perioder penanaman. Artinya, umur ekonomis atau umur produktif kumbung hanya berlangsung selama dua tahun dan investasi yang dikeluarkan untuk membangun rumah jamur harus bisa kembali dalam jangka waktu dua tahun.

PEMBUATAN BIBIT JAMUR KUPING BIBIT TAHAP KEEMPAT (F4)

Pada dasarnya, pembuatan bibit jamur tahap keempat ini hampir sama dengan pembiakan pada tahap kedua maupun ketiga, yang membedakan adalah tempat atau ruangan pembiakan dan media tumbuh yang ditempatkan pada wadah lebih besar, biasanya ditempatkan pada polybag berupa kantong plastik bening (PE 0,002) yang berukuran 20x30 cm, atau biasa disebut dengan baglog.


Media yang digunakan berupa campuran dari serbuk gergaji, dedak halus yang masih baru, dan kapur pertanian atau kalsium karbonat. Komposisi media tumbuh tersebut adalah serbuk gergaji sebanyak 81%, dedak halus (bekatul) sebanyak 18% dan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak 1%. Sebagai gambaran, jika membuat 100 kg media tumbuh, maka bahan yang diperlukan adalah serbuk gergaji sebanyak 81 kg, dedak halus sebanyak 18 kg, dan kalsium karbonat sebanyak 1 kg. Masukkan media tumbuh tersebut ke dalam kantong plastik atau polybag yang telah disiapkan. Padatkan menggunakan mesin atau dengan cara manual yaitu dengan menekan permukaan plastik menggunakan benda atau alat yang berukuran lebih kecil dari ukuran plastik, kemudian diisi lagi dengan media. Ulangi langkah tersebut hingga benar-benar padat. Ketinggian media kurang lebih 18-20 cm dari bagian bawah kantong plastik. Lubangi permukaan media di dalam kantong plastik dengan diameter 2,5 cm dan kedalaman 10 cm. Pada bagian atas baglog diberi paralon dengan diameter dan tinggi kurang lebih 3 cm. Pemasangan paralon dilakukan dengan cara memasukkan sisa plastik yang berada di atas permukaan media ke dalam paralon. Kemudian pada bagian tengahnya ditutup atau disumbat menggunakan kapas selanjutnya ditutup menggunakan plastik bening.

Polybag yang sudah siap disusun dalam kerangnjang kemudian disterilisasi pada suhu 90-95° C dalam steamer atau ruang sterilisasi (ruang penguapan) selama kurang lebih 10 jam. Sterilisasi juga bisa dilakukan dengan merebus polybag tersebut pada suhu konstan 95-100° C selama kurang lebih 5 jam. Lakukan pendinginan pada polybag yang sudah disterilisasi. Pendinginan pada steamer dilakukan dengan mematikan steamer tersebut dan biarkan hingga suhu 60° C Ruangan pembiakan juga harus disterilisasi dengan cara dibersihkan lalu disemprot menggunakan baysol yang dicampur dengan alkohol atau aquades (air suling) dengan komposisi campuran 1 : 6, satu bagian baysol dicampur dengan enam bagian aquades atau alkohol. Selain itu, peralatan yang digunakan juga harus disterilisasi dengan cara mencelupkan ke dalam alkohol. Untuk sterilisasi tenaga kerja, bisa disemprot atau dibasuh menggunakan alkohol. Ruangan pembiakan sebaiknya dilengkapi dengan AC dan berfentilasi, agar sirkulasi udara lancar. Ambil botol pembiakan F3 dari ruangan penyimpanan, kapas penyumbat botol dibakar selama satu menit, kemudian kapas diambil menggunakan pinset, dalam keadaan panas. Mulut bolto dibakar menggunakan api spirtus selama 10 detik. Miselium dalam botol dihancurkan menggunakan pinset atau benda keras lain yang sudah disterilisasi. Masukkan hancuran miselium F3 tersebut ke dalam polybag pembiakan F4 yang sudah dipersiapkan, dengan cara membuka kapas penyumbat pada polybag, setelah penuh, polybag ditutup kembali dengan kapas penyumbat. Setiap botol bibit jamur F3 bisa digunakan untuk mengisi 35-45 polybag. Pengisian bibit miselium ini harus dilakukan dengan cepat untuk memperkecil resiko kontaminasi. Sebaiknya dilakukan oleh beberapa orang yang terlatih. Polybag yang telah diberi bibit jamur kuping segera disimpan dalam rumah jamur atau kumbung untuk proses inkubasi. Tunggu hingga miselium agak penuh, kemudian hasil biakan ini bisa dijual kepada petani jamur lain atau dikembangkan sendiri.

PEMBUATAN BIBIT F2 DAN F3

Ambil tabung reaksi hasil dari pembiakan bibit jamur kuping tahap pertama (F1), kemudian diletakkan di atas meja pembiakan yang telah disiapkan. Pastikan ruangan selalu dalam keadaan steril. Kemudian bagian mulut tabung yang disumbat dengan kapas di semprot menggunakan alkohol 70% lalu dibakar selama kurang lebih 10-15 detik. Dalam keadaan masih terbakar, kapas penutup tabung tersebut diambil menggunakan pinset, selanjutnya bibir tabung reaksi tersebut dibakar di atas api spirtus yang telah dipersiapkan sebelumnya, selama kurang lebih lima detik.


Ambil botol pembiakan F2 yang telah dipersiapkan. Buka kapas penyumbat botol tersebut. Kemudian misselium hasil pembiakan F1 yang terdapat pada tabung reaksi diambil menggunakan pinset, dan dimasukkan ke dalam botol pembiakan F2. Botol pembiakan F2 ditutup kembai menggunakan kapas penyumbat sebelumnya, kemudian ditempatkan pada rak pembiakan. Lakukan kegiatan tersebut untuk pengisian setiap botol pembiakan bibit jamur F2. Setiap tabung reaksi F1 dapat digunakan untuk 15-20 botol pembiakan F2. Botol-botol pembiakan bibit jamur kuping yang telah diisi dengan miselium hasil biakan pada tahap pertama disimpan selama satu bulan, sehingga miselium jamur tersebut dapat berkembang dan memenuhi seluruh celah atau pori-pori media tumbuh. Jika miselium tersebut berwarna putih, berarti pembiakan F2 telah berhasil, sedangkan miselium yang berwarna cokelat dan berbau busuk menunjukkan miselium tersebut rusak, dan botol pembiakan harus segera disingkirkan dari dalam ruangan pembiakan. Pada botol biakan yang rusak, segera dibersihkan, kemudian dinding botol disikat dan botol disimpan untuk dipergunakan lagi pada pembiakan periode berikutnya. Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Ketiga (F3) Kegiatan pembiakan bibit jamur kuping pada tahap ketiga ini merupakan kegiatan perbanyakan atau pembiakan bibit jamur kuping hasil biakan F2. Sementara hasil pembiakan dari F3, nantinya akan dipakai sebagai bibit pada pembiakan tahap keempat atau F4. Prinsip kerja dan prosedur operasional pada pembiakan bibit jamur tahap ketiga ini sama dengan pembiakan bibit jamur kuping tahap kedua. Perbedaannya terletak pada penggunaan bibit atau miselium jamur kuping. Pada kegiatan pembiakan bibit jamur kuping tahap kedua, bibit yang digunakan adalah bibit atau miselium hasil biakan tahap pertama (F1). Sedangkan bibit yang digunakan pada kegiatan pembiakan tahap ketiga ini adalah bibit atau miselium hasil pembiakan tahap pertama. Media tumbuh yang digunakan tetap sama dengan kegiatan pembiakan tahap kedua. Setelah media pembiakan siap, maka langkah selanjutnya adalah pengambilan miselium hasil biakan F2. Prinsip kerjanya sama dengan yang dijelaskan pada pembiakan bibit jamur kuping tahap kedua di atas. Untuk mengambil miselium jamur hasil pembiakan F2, dapat dilakukan dengan mengeluarkan media tumbuh dari dalam botol biakan F2. Media tumbuh yang sudah dipenuhi miselium tersebut dihancurkan menggunakan pinset atau benda keras lain yang ukurannya kurang lebih sebesar pensil. Alat yang digunakan tersebut harus dalam keadaan steril, bisa disemprot menggunakan alkohol kemudian dibakar diatas api spirtus selama kurang lebih 20 detik. Kemudian media dalam botol pembiakan F2 tersebut diaduk-aduk hingga hancur, dan media yang telah hancur dimasukkan ke dalam botol pembiakan F3. Isi semua botol biakan bibit jamur kuping hingga selesai. Setiap botol biakan F2 bisa digunakan untuk mengisi botol biakan F3 sebanyak 150-200 botol. Botol biakan bibit jamur F3 tersebut kemudian disimpan dalam ruangan pembiakan selama satu bulan, hingga miseliumnya tumbuh dan memenuhi celah atau pori-pori media tumbuh. Selanjutnya miselium tersebut siap digunakan dalam pembiakan pada tahap keempat (F4).

PENYIAPAN MEDIA TUMBUH PEMBIAKAN BIBIT JAMUR KUPING F2-F3

Langkah yang harus dilakukan pada pembiakan bibit jamur kuping tahap ke dua ini tidak berbeda jauh dengan tahap pertama. Pembudidaya terlebih dahulu harus mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan dan media tumbuh yang akan digunakan untuk pembiakan. Peralatan yang dibutuhkan antara lain botol bening berkapasitas 220 ml, tali karet, kantong plastik, kapas,dan autoclave. Sebelum digunakan, semua peralatan tersebut harus disterilisasi dan pastikan dalam keadaan kering. Media tumbuh yang digunakan untuk pembiakan bibit jamur pada tahap kedua ini berupa campuran serbuk gergaji sebanyak 81%, dedak halus (bekatul) sebanyak 18% dan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak 1%. Sebagai contoh pencampuran komposisi media semai adalah serbuk gergaji sebanyak 100 kg, dedak halus sebanyak 10 kg, kapur atau kalsium karbonat sebanyak 1 kg, air secukupnya, dan tambahkan TSP sebanyak 0,5 kg pada campuran media tersebut.

Kriteria media tumbuh yang ideal untuk pertumbuhan bibit jamur kuping dalam pembiakan bibit jamur kuping tahap kedua diantaranya adalah mengandung unsur C (karbon) dalam bentuk karbohidrat yang cukup tinggi, mengandung unsur N dalam bentuk amonium. Kedua unsur tersebut akan dirombak menjadi protein. Selain unsur C dan N, media tumbuh juga harus mengandung unsur Ca yang berfungsi sebagai penetral asam oksalat yang dikeluarkan oleh miselium jamur. pH ideal antara 3-7, dengan kelembaban 68%, CO2 kurang dari 1%, dan suhu sekitar media antara 23°C — 25°C. Penyiapan media tumbuh tersebut meliputi penyampuran serbuk gergaji dengan kalsium karbonat dan TSP. Kemudian lakukan penyiraman serbuk gergaji tersebut menggunakan air bersih, kemudian difermentasi di atas lantai terbuka selama 1-1,5 bulan. Sebuk gergaji yang paling baik digunakan sebagai media tumbuh diantaranya berasal dari kayu durian, kayu rambutan, kayu dadap, kayu kecapi dan kayu alpokat. Setelah dilakukan fermentasi, serbuk kayu tersebut dicampur dengan dedak halus yang masih segar dan bersih. Selanjutnya media tersebut dimasukkan dalam botol kaca bening dan dipadatkan hingga penuh. Pemadatan dilakukan dengan membenturkan pantar botol secara pelan-pelan, kemudian bagian permukaan ditekan menggunakan jari. Isi kembali permukaan botol dengan media tumbuh, kemudian kembali ditekan menggunakan jari. Ulangi langkah tersebut hingga permukaan botol penuh. Permukaan media tumbuh di dalam botol diberi lubang sedalam 3 cm dengan diameter kurang lebih 1 cm. Cara pembuatan lubang dilakukan dengan menggunakan kayu bulat yang ujungnya dibuat agak meruncing. Tekan permukaan media tersebut menggunakan kayu kemudian diangkat pelan-pelan agar tidak terkikis. Setelah diberi lubang, mulut botol disumbat dengan kapas dan ditutup plastik dan diikat dengan tali karet. Media tumbuh yang sudah dimasukkan ke dalam botol tersebut kemudian disterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 100-125°. Sterilisasi dilakukan selama kurang lebih satu jam. Saat memasukkan botol ke dalam autoclave, botol-botol tersebut disusun sedemikian rupa agar kapasitas pengisian autoclave bisa maksimal. Dengan demikian biaya persiapan dan waktu pembuatan media tumbuh bisa lebih efisien. Selanjutnya media tumbuh dalam botol didinginkan, setelah agak dingin, dalam keadaan masih hangat dipindahkan ke dalam ruang pembiakan yang sudah disterilisasi. Biarkan selama 24 jam agar media tumbuh tersebut benar-benar dingin. Setelah dingin, boto-botol tempat media tumbuh tersebut diletakkan pada meja pembiakan yang sudah dipersiapkan.

PEMBIAKAN BIBIT JAMUR KUPING TAHAP PERTAMA

Perbanyakan bibit jamur kuping dilakukan dalam suatu proses produksi pembiakan. Proses pembiakan dilakukan dalam empat tahap pembiakan. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai tahap pertama pembiakan bibit jamur kuping.

Kegiatan pembiakan bibit jamur kuping pada tahap pertama ini merupakan pembiakan spora (basidiospora) yang dihasilkan oleh basidium dan dilakukan dengan cara kultu jaringan. Produk yang dihasilkan pada pembiakan spora adalah miselium jamur yang berupa benang-benang halus. Miselium jamur kuping ini kemudian disebut sebagai turunan pertama (F1). Pembiakan Bibit Jamur Kuping Tahap Pertama Langkah awal yang harus dilakukan sebelum kegiatan proses pembiakan spora dikerjakan adalah mempersiapkan bahan atau media tumbuh dan peralatan. Beberapa peralatan yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan ini meliputi tabung reaksi, kertas loyang atau kantong plastik, kapas, rak penyimpanan, tali karet, meja pembiakan, autoclave (alat sterilisasi otomatis, dan perlengkapan lain. Peralatan tersebut harus diadakan terlebih dahulu agar kegiatan pembiakan tidak mengalami hambatan. Pada saat yang sama, penyiapan media tumbuh juga harus dilakukan karena rangkaian kegiatan ini sebaiknya tidak terputus yang disebabkan tidak siapnya salah satu material. Dalam kegiatan pembiakan bibit jamur kuping tahap pertama ini media tumbuh yang biasa digunakan dikategorikan dalam dua kelompok utama, yaitu kelompok yang berasal dari bahan-bahan alami dan kelompok yang berasal dari bahan-bahan semi sintesis. Bahan-bahan alami yang dapat digunakan sebagai media pembiakan adalah bawang, tepung jagung, tepung kentang, atau bahan-bahan organik lain. Bahan-bahan alami ini digunakan dalam bentuk ekstrak atau cariran jernih maupun decoction atau rebusan. Sementara itu , bahan-bahan semi sintetis yang dapat digunakan sebagai media tumbuh dalam kegiatan pembiakan jamur kuping adalah campuran agar, glukose, ekstrak ragi, atau campuran kentang-glukose-agar, atau campuran agar dan pepton-glukose. Diantara bahan-bahan tersebut di atas, bahan semi sintetis berupa campuran agar, glukose, dan kentang (tepung kentang) merupakan bahan yang paling efektif untuk digunakan sebagai media pembiakan jamur kuping. Tepung agar digunakan sebanyak 1,5% — 2%. Sementara itu, komposisi baha-bahan lain ditentukan berdasarkan proses uji coba karena memang tidak ada ketentuan secara khusus mengenai komposisi tersebut. Berbagai alternatif komposisi yang dapat dijadikan sebagai referensi untuk membuat media tumbuh pembiakan jamur kuping tahap pertama ini adalah: Potato Dextrose Yeast Extract Agar (PDY): Komposisi media tumbuh jamur kuping ini telah berhasil digunakan dalam pembiakan miselium F1 di Balai Benih Induk Ngipiksari, Yogyakarta. Komposisi media ini terdiri atas kentang, dextrose (glukose), dan tepung agar. Buat campuran bahan alami berupa parutan ubi kentang, bawang bombai dan tepung aren atau enau. Campuran bahan-bahan tersebut dimasukkan dalam larutan agar. Komposisi ideal untuk campuran media ini adalah 100 gram ubi kentang, 50 gram bawang bombai, 150 gram tepung aren, dan 150 gram agar. Buat campuran antara media agar, sari buncis, dan touge. Campur hingga rata kemudian direbus selama satu jam. Campuran tersebut bisa digunakan sebagai media untuk biakan murni atau kultur jarinan setelah ditanaman atau diolesi dengan sayatan bagaian tubuh buah jamur kuping dewasa. Setelah semua peralatan dan bahan siap, kegiatan pembiakan bibit jamur kuping bisa dimulai dengan mempersiapkan media tumbuh untuk biakan dimaksud. Dari beberapa komposisi media tumbuh di atas, pada artikel ini hanya akan dibahas contoh pembuatan media biakan menggunakan media PDY.


Pembuatan media tumbuh PDY dimulai dengan mempersiapkan kentang segar sebanyak 200 gam. Cuci hingga bersih kentang tersebut dengan tidak mengupas kulitnya. Setelah itu, kentang diiris-iris atau dicacah kemudian dicuci hingga bersih. Proses pencucian kentang ini dilakukan dengan cara mencuci berulang-ulang irisan kentang hingga air bekas cuciannya tampak jernih. Langkah selanjutnya adalah membilas irisan kentang menggunakan air suling atau aquadest. Kemudian irisan kentang tersebut direndam menggunakan panci dalam 700-1000 ml air aquadest selama 10 menit. Rendaman irisan kentang kemudian direbus dengan menyertakan irisan kentang tersebut hingga volume airnya menyusut tinggal 500-600 ml. Lama proses perebusan kurang lebih 1 jam. Setelah agak dingin, air rebusan ini, sudah bisa dikatakan sebagai ekstrak kentang, disaring menggunakan kain yang halus atau kain yang biasa digunakan untuk menyaring ekstrak ini adalah kain flanel. Air saringan ditampung dalam botol. Pada ekstrak kentang yang sudah ditampung dalam botol tersebut ditambah dengan air bersih hingga volumenya mencapai 1000 ml. Langkah selanjutnya adalah menambahkan 10-20 gram glukose (dextrose) dan 9-15 gram tepung agar ke dalam ektrak kentang lalu diaduk hingga rata. Rebus campuran tersebut menggunakan autoclave pada tekanan 15 lbs selama limabelas menit. Setelah perebusan selesai, campuran tersebut siap digunakan sebagai media tumbuh biakan bibit jamur. Media tumbuh kemudian didinginkan dan dimasukkan dalam tabung reaksi pembiakan dan bisa digunakan sebagai media tumbuh biakan murni (kultur jaringan) sebanyak 150-200 buah tabung biakan. Media tumbuh tersebut harus segera digunakan agar tidak tekontaminasi oleh mikroorganisme baik bakteri maupun fungi yang dapat mencemari dan berseifat merusak media. Jika media tumbuh yang sudah dibuat melebihi kapasitas tabung reaksi, sebaiknya disimpan dalam ruangan bersuhu dingin dan steril. Sisa media tumbuh ini dapat digunakan untuk proses pembiakan bibit jamur kuping pada periode berikutnya. Setiap satu buah tabung reaksi pembiakan diisi kurang lebih satu sendok makan media tumbuh, kemudian tabung reaksi terebut ditutup atau disumbat menggunakan kapas. Bagian luar sumbatan kapas tersebut dibalut menggunakan kertas loyang yang sudah dipersiapkan kemudian diikat menggunakan tali karet. Lakukan pekerjaan serupa terhadap semua tabung reaksi pembiakan. Setelah semua proses pengisian tabung reaksi pembiakan selesai, lalu melakukan proses sterisilasi pada tabung-tabung reaksi tersebut. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara merebus tabung reaksi pembiakan menggunakan alat steril otomatis atau autoclave dalam suhu 125°C selama 1 jam. Untuk melakukan penghematan atau efisiensi baik waktu maupun biaya perebusan saat melakukan sterilisasi, maka tabung reaksi pembiakan ditata sedemikian rupa dalam autoclave sehingga semua ruangnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Setelah proses sterilisasi selesai, tabung reaksi disimpan dalam ruangan yang steril. Kertas loyang penutup kapas pada bagian luar tabung reaksi dilepas dan tabung disimpan dalam rak penyimpanan dengan posisi miring. Penyimpanan dengan posisi miring ini bertujuan untuk menyebarkan media tumbuh pada dinding tabung reaksi pembiakan bagian dalam sehingga penyebaran miselium yang diinokulasi bisa merata pada dinding tabung. Dengan demikian, proses pengambilan miselium untuk dikembangkan pada tahap pembiakan berikutnya lebih mudah. Biarkan media tumbuh steril ini menjadi dingin dalam suhu kamar kurang lebih selama 24 jam. Media yang telah didinginkan siap untuk dilakukan inolulasi atau penanaman. Siapkan tubuh jamur kuping yang telah dewasa yaitu berumur 3-4 minggu semenjak pembentukan calon tubuh jamur atau pin head. Inokulasi atau penanaman bibit jamur diambilkan dari tubuh buah jamur kuping tersebut. Tubuh buah jamur yang sudah dipilih untuk diambiil jaringannya dibersihkan dan dicuci hingga bersih lalu dicelupkan dalam alkohol 70% selama 5 menit untuk memastikan bahwa tubuh buah jamur tersebut telah steril. Selain menggunakan alkohol dapat juga menggunakan bahan kimia lain seperti formalin 5%, sodium hipochloride atau calcium hipochloride 0,35%, silver nitrate 0,1%, mercuric cyanide 0,1%, carbonic acid 1%, potasium permanganat 2%, mercurochloride 0,001%, dan hydrogen peroxida 3%. Siapkan wadah untuk meletakkan sayatan tubuh buah jamur steril tersebut. Wadah tersebut juga harus disterilisasi dengan cara dicuci menggunakan alkohol 70%. Letakkan tubuh buah jamur di atas wadah lalu wadah bersama tubuh buah jamur terebut diletakkan dalam meja pembiakan. Meja pembiakan segera diaktifkan dengan menekan tombol pengontak, sehingga lampu meja pembiakan nyala dan mesin penghisap udara (filter) bekerja. Tunggu hingga tigapuluh menit untuk memastikan seluruh udara yang terkontaminasi di sekitar meja pembiakan terhisap. Ambil semua tabung pembiakan beserta rak penyimpannya dan diletakkan di atas meja pembiakan kemudian kapas penyumbatnya dibuka. Lakukan penyayatan tubuh buah jamur kuping pada bagian yang paling tebal, yaitu bagian yang terletak pada ketiak jamur. Pada bagian ini terdapat sumber-sumber percabangan hifa atau miselium atau kantong basidiospora. Sayat bagian tersebut dengan lebar 0,1 cm, tebal 0,1 cm, dan panjang 1 cm. Untuk memudahkan penyayatan, maka gunakan pisau sayat lancip bertangkai yang biasa disebut spatula, atau bisa juga menggunakan pisau bedah. Pastikan pisau tersebut tajam dan steril. Masukkan sayatan tubuh buah jamur tersebut ke dalam tabung reaksi pembiakan, kemudian tutup kembali tabung reaksi yang telah diisi dengan sayatan tubuh buah jamur menggunakan kapas seperti semula. Tabung reaksi yang telah terisi kembali diletakkan pada rak penyimpanan. Lakukan pekerjaan serupa pada tabung reaksi lain. Satu buah tubuh buah jamur kuping dapat disayat sebanyak 10-15 kali. Setelah proses inokulasi selesai, kemudian spora jamur kuping dalam tabung reaksi pembiakan disimpan dalam ruangan steril selama 20 hari. Penyimpanan spora tersebut harus dilakukan dalam ruangan yang agak gelam untuk mempercepat pembiakan spora menjadi miselium. Setelah 20 hari akan muncul benang-benang putih yang memenuhi media tumbuh. Benang-benang putih inilah yang dinamakan miselium jamur. Miselium jamur kuping ini selanjutnya digunakan sebagai bibit dalam pembiakan jamur kuping tahap kedua. Tabung reaksi yang gagal membentuk miselium segera disingkirkan dari ruangan agar tidak mencemari tabung-tabung lain. Tabung yang gagal dapat diidentifikasi dengan munculnya bau busuk dan berwarna cokela kehitaman. Tabung tersebut bisa dibersihkan dan disteril kembali untuk digunakan pada kegiatan pembiakan bibit jamur kuping lain waktu.

Selasa, 08 Oktober 2013

Rumah Produksi


Rumah Produksi :
Nama     : M. Imam. Syaifullah (Pemilik)
Alamat   : Gudang Sakti, RT 29 RW 10 Desa Sruern, Kec. Tengaran,                      Kab. SMG 50775
NO. HP : 085712030840
FB         : imam.s.slalu
Email      : imamnofi@gmail.com

Foto Jamur Kuping





Jenis Jamur

JENIS-JENIS JAMUR KONSUMSI

1. Jamur Kancing atau Champignon (Agaricus bisporus) Jamur kancing


jamur kancing
merupakan jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia, sekitar 38% dari total produksi jamur dunia. Jamur kancing (Agaricus bisporus) atau champignon merupakan jamur pangan yang berbentuk hampir bulat seperti kancing dan berwarna putih bersih, krem, atau coklat muda. Dalam bahasa Inggris disebut sebagai table mushroom, white mushroom, common mushroom atau cultivated mushroom. Di Perancis disebut sebagai champignon de Paris. Jamur kancing dijual dalam bentuk segar atau kalengan, biasanya digunakan dalam berbagai masakan Barat seperti omelet, pizza, kaserol, gratin, dan selada. Jamur kancing memiliki aroma unik, sebagian orang ada yang menyebutnya sedikit manis atau seperti daging. Jamur kancing segar bebas lemak, bebas sodium, serta kaya vitamin dan mineral, seperti vitamin B dan potasium.
Jamur kancing juga rendah kalori, 5 buah jamur ukuran sedang sama dengan 20 kalori.

2. Jamur Tiram (Pleurotus sp.)


jamur tiram
Tiongkok merupakan produsen jamur tiram yang utama. Sekitar 25% dari total produksi jamur dunia berupa jamur tiram.
Jamur tiram/ shimeji dikenal pula dengan nama populer Oyster Mushroom dan nama ilmiah Pleurotus ostreatus. Tangkai tudungnya menyerupai cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem. Ada beberapa jenis jamur tiram yaitu jamur tiram putih, jamur tiram merah jambu, jamur tiram kelabu, dan jamur tiram coklat. Jamur tiram yang dikenal paling enak dan paling disukai masyarakat sehingga paling banyak dibudidayakan ialah jamur tiram putih. Di alam bebas, jamur tiram bisa dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk atau pokok batang pohon yang sudah ditebang. Budidaya jamur ini tergolong sederhana. Jamur tiram biasanya dipelihara dengan media tanam serbuk gergaji steril yang dikemas dalam kantung plastik.

3. Jamur Merang (Volvariella volvaceae)


jamur merang
Sekitar 16% dari total produksi jamur dunia berupa jamur merang. Jamur merang (Volvariella volvacea, sinonim: Volvaria volvacea, Agaricus volvaceus, Amanita virgata atau Vaginata virgata) atau kulat jeramoe dalam bahasa Aceh merupakan salah satu spesies jamur pangan yang banyak dibudidayakan di Asia Timur dan Asia Tenggara yang beriklim tropis atau subtropis.
Jamur ini telah lama dibudidayakan sebagai bahan pangan karena spesies ini termasuk golongan jamur yang paling enak rasanya dan mempunyai tekstur yang baik.

4. Jamur Shiitake (Lentinus edodes)


jamur shitake
Paling banyak dikonsumsi dan diproduksi di Jepang, Tiongkok, dan Korea Selatan. Sekitar 10% dari total produksi jamur dunia berupa jamur shiitake. Shiitake disebut juga, Chinese Black Mushroom, Jamur jenis ini sudah dikenal sebagai jamur konsumsi sejak 2000 tahun yang silam di dataran Asia. Produksi jamur Shiitake secara industri massal pertama kali dilakukan di Jepang pada tahun 1940an. Namun budidaya secara traditional sudah dimulai sejak 900 tahunan yang silam di Cina.

5. Jamur Kuping


jamur kuping
Jamur yang banyak dipakai untuk masakan Tionghoa, terdiri dari jamur kuping putih (Tremella fuciformis), jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) dan jamur kuping merah (Auricularia auricula-judae) Jamur Kuping merupakan jamur yang pertama kali dibudidayakan bahkan sebelum jamur Shiitake di Cina. Di Indonesia jamur Kuping sangat lumrah dikenal di kalangan masyarakat menengah ke bawah setelah jamur merang. Masyarakat tradisional masih sering mengambil jamur ini dari alam yang biasanya tumbuh pada batang-batang yang sudah lapuk. Jamur Kuping terutama jenis jamur kuping hitam (Auricularia polytricha) saat ini sudah banyak dibudidayakan secara modern dalam log-log serbuk kayu. Menurut data statistik, produksi segar jamur kuping (worldwide) menempati urutan keempat (346.000 ton) setelah Champignon, Tiram dan Shiitake pada tahun 1991.

6. Jamur Enokitake (Flammulina velutipes)


jamur enokitake
Dikenal juga sebagai jamur musim dingin (winter mushroom). Di wilayah dunia beriklim sejuk, jamur ini tumbuh di alam bebas pada suhu udara rendah mulai musim gugur hingga awal musim semi. Jamur ini juga diketahui tumbuh di bawah salju. Jamur Enokitake biasanya tumbuh di permukaan batang pohon Celtis sinensis (bahasa Jepang: Enoki) yang sudah melapuk, sehingga disebut Enokitake (jamur Enoki). Jamur Enokitake hasil budidaya bisa dipanen sepanjang tahun. Tubuh buah Enokitake hasil budidaya terlihat beda dari Enokitake yang tumbuh di alam bebas. Jamur hasil budidaya dilindungi dari sinar matahari sehingga berwarna putih, sedangkan jamur di alam bebas berwarna coklat hampir merah jambu.

7. Jamur Maitake (Grifola frondosa)


jamur maitake atau grifola frondosa
Mengeluarkan aroma harum kalau dimasak, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai hen of the woods.

8. Jamur Matsutake (Tricholoma matsutake (S.Ito et Imai Sing.)


jamur matsutake atau tricholoma matsutake
Jamur langka yang belum berhasil dibudidayakan dan diburu di hutan pinus wilayah beriklim sejuk. Dipanen pada musim gugur dan merupakan jamur berharga sangat mahal di Jepang. Di Jepang, matsutake adalah bahan makanan mewah yang berharga sangat mahal. Jamur ini memiliki wangi harum yang kuat, dan dimakan setelah dipanggang sedikit di atas api, ditanak bersama beras menjadi nasi matsutake (matsutake gohan), dan sebagai campuran dobinmushi (sup dalam teko).

9. Jamur Truffle (Tuber magnatum, Tuber aestivum, Tuber melanosporum, dan Tuber brumale)



jamur truffle atau tuber magnatum,tuber aestivum

Jamur langka yang sulit ditemukan, sehingga menemukannya butuh bantuan anjing dan babi yang memiliki penciuman tajam. Jamur truffle adalah jamur termahal di dunia (artikel dari The Telegraph) , digunakan dalam jumlah sedikit sebagai penyedap pada masakan Perancis seperti masakan Foie gras.

10. Jamur Ling zhi (Ganoderma lucidum)



jamur lingzhi atau ganoderma lucidum

Menurut sejarah Cina, ling zhi ditemukan oleh seorang petani bernama Seng Nong. Ia dijuluki sebagai petani yang suci (holyfarmer). Seng Nong menyatakan, kriteria unggul nilai atau manfaat dari sebuah tanaman obat adalah bila dikonsumsi dalam jangka waktu lama tidak menimbulkan efek samping. Pada zaman Dinasti Shu, sekitar 2400 tahun lalu, ling zhi hanya dikonsumsi untuk pengobatan para maharaja dan bangsawan di negeri Cina. Pada masa itu, ling zhi masih langka. Sejak tahun 1971, seorang peneliti dari Universitas Kyoto, Jepang, bernama Yukio Naoi mulai membudidayakan ling zhi. Melalui eksperimen- eksperimennya, akhirnya ia berhasil menemukan cara menumbuhkan ling zhi menggunakan limbah pertanian dan kayu-kayu yang telah lapuk. Ling zhi memiliki sifat rasa pedas, pahit, dan hangat. Mengonsumsi ramuan dari ling zhi memiliki efek bersifat melindungi organ tubuh, membangun (constructive), mengobati, dan berdampak positif terhadap penyembuhan organ lain yang sakit. Sejauh ini belum pernah ditemukan efek negatif yang ditimbulkan setelah mengonsumsi ramuan ling zhi. Dari berbagai penelitian yang dilakukan di berbagai negara, ling zhi berkhasiat sebagai herbal anti-diabetes, anti- hipertensi, anti-alergi, antioksidan, anti-[inflamasi], anti-hepatitis, analgesik, anti- HIV, serta perlindungan terhadap liver, ginjal, hemoroid atau wasir, anti- tumor, dan sistem imunitas (kekebalan tubuh).

Cara Penanaman Jamur

Mengembangkan potensi bisnisbudidaya jamur konsumsi memang tidak pernah ada habisnya. Selain budidaya jamur tiram dan jamur merang yang banyak diminati pasar, saat ini jamur kuping menjadi bagian dari jenis jamur konsumsi yang mulai dibudidayakan para petani. Jamur kuping (Auricularia auricular) memiliki bentuk tubuh yang melebar seperti bentuk daun telinga manusia, karena itulah jamur yang masuk dalam kelompok jelly fungi ini diberi nama jamur kuping oleh masyarakat luas, kata “kuping” diambil dari Bahasa Jawa yang memiliki arti daun telinga.
Umumnya jamur kuping bisa ditanam di daerah beriklim dingin sampai daerah yang beriklim panas. Namun idealnya jamur konsumsi ini akan tumbuh subur pada suhu antara 20-30°C, dengan tingkat kelembapan sekitar 80-90%. Beberapa jenis jamur kuping yang mulai dibudidayakan petani di Indonesia antara lain jamur kuping merah (Auricularia yudae), jamur kuping hitam (Auricularia polytricha), serta jamur kuping agar (Tremella fuciformis).
Kandungan nutrisi, lemak, dan vitamin yang terdapat pada jamur kuping sering dimanfaatkan konsumen sebagai salah satu bahan pangan yang nikmat dan juga bagus untuk kesehatan. Disamping itu jamur kuping hitam juga bermanfaat untuk obat sakit jantung, menurunkan kolesterol, juga sebagai anti-pendarahan. Bahkan untuk pemasarannya, para petani bisa menawarkan jamur kuping segar ataupun jamur kuping kering yang harganya laku tinggi di pasaran. Potensi inilah yang mendorong sebagian besar masyarakat untuk mulai tertarik menekuni bisnis budidaya jamur kuping sebagai alternatifpeluang usaha yang cukup menjanjikan.
Untuk membantu Anda mengetahui teknik budidaya jamur kuping, berikut kami informasikan beberapa tahapan yang harus dipersiapkan.
Persiapan Bibit Jamur
Sebelum menekuni bisnis budidaya jamur kuping, sebaiknya persiapkan terlebih dahulu bibit jamur yang berkualitas unggul untuk mendapatkan hasil panen yang optimal. Bagi Anda yang menjalankan usaha skala rumah tangga, sebaiknya membeli bibit jamur yang sudah siap pakai (bibit F4). Tetapi bagi Anda yang berencana membuka perusahaan jamur skala industri (besar), bisa membiakkan bibit murni untuk mendapatkan bibit jamur F1.
Persiapan Budidaya Jamur
Bagi Anda yang membudidayakan jamur kuping dengan media tanam berupa baglog, bisa memulai usaha dengan tahapan berikut ini.
  1. Langkah pertama yang perlu Anda siapkan adalah membuat media tanam yang sesuai dengan habitat asli jamur kuping. Saat ini media tanam yang banyak digunakan berupa baglog yang berisi campuran serbuk gergaji kayu (85-90%), bekatul (10-15%), kapur (1-2%), serta tambahan air secukupnya (kadai air 50-70%).
  2. Untuk mendapatkan media tanam yang ideal, lakukan fermentasi selama 3-5 hari hingga suhu media mengalami pengingkatan sampai 70ºC. Selama proses fermentasi, lakukan pembalikan setiap 2-3 kali sehari. Pastikan media yang siap digunakan berubah warna menjadi cokelat atau kehitaman.
  3. Selanjutnya masukan media ke dalam plastik tahan panas, kemudian padatkan menggunakan alat pengepres atau dipukul-pukul menggunakan botol bekas hingga plastik menyerupai baglog. Selanjutnya pada bagian atas plastik dipasang ring (cincin), dan ditutup dengan kapas agar media tidak kemasukan air saat proses sterilisasi.
  4. Tahapan keempat yaitu sterilisasi media, proses ini dilakukan dengan cara menguapi baglog yang telah ditutupi kapas. Sterilisasi dilakukan pada suhu 95-120º selama 6 sampai 8 jam.
  5. Bila proses sterilisasi telah selesai, selanjutnya proses penanaman (inokulasi) dapat Anda lakukan jika suhu baglog telah kembali normal. Sebelum menanamkan bibit jamur ke dalam baglog, perlu dilakukan sterilisasi bibit jamur agar terhindari dari organisme lain yang mengganggu pertumbuhan miselium. Caranya sebelum menamam semprotkan terlebih dahulu alkohol 70% pada kedua telapak tangan. Kemudian panaskan stik besi diatas api spritus, lalu semprotkan botol bibit dengan alkohol agar steril, buka tutup kapas baglog diatas api spritus dan masukan bibit jamur ke dalam baglog dengan bantuan stik besi yang telah disterilkan. Tutup kembali baglog dengan kapas, setelah bibit jamur selesai ditanamkan.
  6. Setelah bibit jamur ditanam, lakukan inkubasi selama 4-8 minggu dengan suhu 28-35ºC, tingkat kelembapan 80% dan bantuan cahaya lampu TL 60 watt. Jika lebih dari 5 minggu masa inkubasi dan belum ada tanda-tanda pertumbuhan miselium, maka dimungkinkan proses inokulasi gagal sehingga terkontaminasi.
  7. Bila proses inkubasi telah selesai, proses selanjutnya adalah memindahkan baglog jamur kuping ke dalam ruang kumbung jamur yang telah disiapkan. Lakukan pelubangan baglog menggunakan silet yang telah disterilisasikan. Kemudian atur baglog dengan rapi, dan lakukan penyiraman secara rutin setiap 2-4 kali per hari.
  8. Pemanenan jamur dapat dilakukan dengan cara mencabut jamur kuping beserta akarnya. Bila ada akar yang tertinggal, maka bersihkan lubang agar tidak mengganggu pertumbuhan jamur kupir generasi berikutnya.

Sejarah Jamur

Kata jamur pasti sudah tidak asing bagi kita, meskipun hanya sekedar namanya saja. Jamur adalah salah satu jenis tumbuhan yang tidak mandiri karena kehidupannya selalu tergantung pada organisme lain sehingga disebut tumbuhan heterotrofiik (Wiardani, I). 

Kapan manusia dapat memanfaatkan jamur? Jawabannya dapat anda koleksi dibuku-buku sejarah dunia. Lama sejak berdirinya kerajaan Romawi, kaisar-kaisarnya telah membuat peraturan atau undang-undang tentang pemasaran jamur yang biasa dimakan.

Dalam pertengahan tahun 1700 Rumphius seorang ahli botani, dalam bukunya “Het Amboinsch Kruidboek” (buku rempah-rempah dari Ambon), telah menemukan adanya jenis jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional. Almerood dalam majalah “voor Land & Tuinbouw en Boschbouwcultuur” dalam tahun 1880-an, telah menulis tentang jenis jamur di Indonesia yang bisa dimakan, dengan judul “de Indische zwammen” (jamur-jamur Indonesia). Dalam tahun 1895 Dagrin telah menulis tentang jenis-jenis yang beracun dalam majalah “Tijdschrift van Indlandsche geneeskundigen” dengan judul “Vergiftiging door Paddestoelen” (keracunan jamur), sedangkan Soemodirdjo “Vergiftiging en door tengevolge het eten van Paddestoelen” (keracunan dan kematian akibat makan jamur). Dalam tahun 1912, Rutgers dalam majalah “Tropische Nattuur” telah menulis tentang kultur jamur merang. Akhirnya dalam tahun 1922 van Overeem dalam majalah yang sama menulis tentang kultur jamur merang.

Dari cerita diatas, bahwa jamur telah dinikmati dari beribu-ribu tahun lamanya. Di Indonesia sendiri, sebelum kita menikmati kemerdekaan, ternyata bangsa Belanda telah menaruh perhatian terhadap jamur. Maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa rakyat Indonesia lama sebelum Kerajaan Ajisoko berdiri sudah mengenal jamur yang bisa dimakan yang dapat dipakai sebagai obat dan yang beracun (Mahardita blog).

Secara garis besar, jamur itu sendiri dibagi menjadi 2 jenis, jamur yang bisa dikonsumsi dan jamur yang tidak bisa dikonsumsi (jamur beracun). Jamur konsumsi (edible mushroom) adalah jamur yang bisa dimakan oleh masyarakat secara luas tanpa harus takut keracunan. Pada awalnya, pemenuhan kebutuhan jamur konsumsi ini hanya mengandalkan kemurahan alam, karena itulah jamur yang didapatpun dalam kondisi yang terbatas dan hanya pada musim tertentu saja bisa didapatkan apalagi di musim hujan, padahal kebutuhan akan jamur sangat tinggi. Masyarakat pada umumnya dari dulu sudah mengenal jamur dan khasiat yang didapat apabila memakan jamur. Dari sinilah awalnya pembudidayaan jamur konsumsi mulai dikembangkan. Berkat usaha yang begitu keras, akhirnya manusia dapat membudidayakan jamur dan mulai bisa memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Oleh karena itu sekarang orang-orang mengenal sebutan jamur konsumsi (edible mushroom). 


Inilah sedikit cerita tentang awal dikenalnya jamur. Semoga bermanfaat. 

Sumber ; Galogalo jamur